Senin, 21 Oktober 2013

School's duty, eh?

Di Indonesia, hampir bisa dipastikan, di hampir setiap sekolah yang menganut pembelajaran TIK dan sedang membahas materi tentang blog, guru pembimbingnya akan memerintahkan siswa/i-nya untuk membuat blog. And the question is, sebenernya seberapa penting, sih, tugas bikin blog itu? Kalo cuma untuk bikin acc blog, semua siswa pasti bisa, kok. Apalagi yang tarafnya SMA. Udah ada berapa banyak coba blog siswa/i Indonesia yang dibikin cuma untuk memenuhi tugas sekolah. Satu dua postingan, setelahnya nggak pernah dibuka lagi. I don't see the effectiveness of these kind of assignment.

Well, by the way about blogging, I am a blogger. Sejak lama aku selalu suka dunia tulis menulis. Dan, yah, salah satu media untuk menuangkan segala macam tulisanku ya, di sini. Blog. In many kind of site, I have my account. Just say, Blogspot, Wordpress, Tumblr, and many more. But I'm not a kind-of-creative-blogger, yang biasanya juga tertarik untuk masalah desain-mendesain blog. Aku lebih mencintai dunia menulis itu sendiri, bukan design grafis nya. Tulisan itu segalanya. Lewat tulisan, kita bisa menyampaikan banyak kata yang tak terucap. Lewat tulisan pula, apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita bisa tersampaikan dengan baik. Aku terbiasa menjadi seorang penulis. Aku menuliskan apa yang aku pikirkan. namun terkadang aku juga meluapkan emosi dan segala macam perasaan yang aku rasa lewat tulisan. Dan karena itu pula, saat aku mendapatkan tugas dari sekolah untuk membuat akun blog, yang aku lakukan justru membuat akun baru. Aku tak ingin ada orang yang aku kenal yang mengusik duniaku. biarkan mereka mengenalku sebagai penulis, bukan sebagai orang yang mereka kenal. 



Itu screenshoot blog -asli- ku. masih di situs yang sama. Dominan warna pink, ya? hehehe. Yes, I'm a pink-holic. 

Sabtu, 19 Oktober 2013

My New Playlist



Just arranged my new playlist that i found from Winna's novel; Melbourne - rewind. (I love the lyrics and arrangement, of course). Well, here it is:

REWIND
Track 1: Back to You (John Mayer)
Track 2: Gotten (Slash ft Adam Levine)
Track 3: Never Saw Blue Like That (Shawn Colvin)
Track 4: Life After You ( Daughtry)

PAUSE
Track 5: Passenger Seat (Death Cab for Cutie/Stephen Speaks) 
Track 6: Collide (Howie Day)
Track 7: You and Me (Lifehouse)
Track 8: Deep (Binocular)

PLAY
Track 9: Love is No Big Truth (Kings of Convenience)
Track 10: One and Only (Teitur)
Track 11: I'll Be (Edwin McClain)
Track 12: Someday we'll Know (New Radicals)

FAST FORWARD
Track 13: Fix You (Coldplay)
Track 14: All I Know (Five For Fighting)
Track 15: Kiss Me Slowly (Parachute)
Track 16: Love Song (The Cure)

Minggu, 13 Oktober 2013

Kapan Jatuh Cinta Tidak Sakit?


Hujan dan senja. Dua komponen alam yang paling aku syukuri adanya. Aku amat menyukainya. Hujan dapat menghadirkan perpaduan antara dentingan melodi alam dan bau tanah basah yang membawa ketenangan. Juga senja, yang menjadi jembatan bagi dua perbedaan nyata, siang dan malam. Bagai penyatu dua insan yang berbeda.
Begitupun kamu. Senyummu yang selalu kurapal setiap hari, menjadi pasokan energi tersendiri bagiku. Ingatanku, pikiranku, hatiku, selalu saja tersita untuk sosokmu. Ah, kamu memang selalu seperti itu, bukan? Beribu hari telah kuhabiskan untuk memikirkanmu, dan entah dimana titik jenuhnya. Hati ini telah terpaut.
Di bawah rinai hujan pada senja itu aku bersandar di jok belakang mobil. Pekerjaan yang menumpuk selama beberapa minggu terakhir telah aku selesaikan. Hari ini merupakan hari terakhir masuk kerja sebelum kantorku memberi libur sampai satu minggu setelah lebaran. Lebaran tahun ini jatuh di bulan Agustus, tepat di tanggal 25. Ah, tanggal itu.
Aku merasakan mata ini semkain perih. Hujan jatuh sudah di pipi. Hatiku sakit lagi. Pikiranku bergelut pada suatu kenangan. Kenanganku bersama dengan sosokmu.

Sabtu, 12 Oktober 2013

October 8th, 2023. Tokyo, wait us♥


Dream on! Ini mimpiku, ini mimpi kami. Tepat tiga hari yang lalu, 08 Oktober 2013, Kami, aku  dan keenam sahabatku, bermimpi. Mungkin awalnya memang hanyalah sebuah obrolan ringan, namun ini tekad kami. Masing-masing dari kami mempunyai negara impiannya sendiri. Urfa dan Indira, dengan mimpinya di Tokyo. Aku, Saesarinda dan Karin yang memimpikan Paris. Serta Etza dan Intan yang juga memiliki negara impiannya sendiri. Dan kami bermimpi, bahwa sepuluh tahun dari sekarang, kami akan bertemu di bawah menara Tokyo. Mungkin terdengar sedikit tak masuk akal bagi orang sepertiku. Namun aku yakin, bahwa semua memang berawal dari mimpi. Dengan mimpi, kita dapat bersatu. Dengan mimpi pula, kita dapat mematok cita-cita kita dan mengejarnya. Teruslah letakkan mimpi kita di sini, 5 senti meter di depan mata kita.